Teruslah Meniti bersama Rasa, K!

Sepertinya ini tulisan yang sangat terlambat, terhitung hampir 24 jam setelah umur 21 dilekatkan kepada eksistensi seorang Kidung Asmara.

Kidung Asmara, begitulah identitas berupa nama yang melekat. Mungkin tiap kali orang mendengar nama itu akan terperanjat kagum.

Saya mengenal K, begitu saya memanggil nya, dikarenakan keterlibatan saya, K, dan seorang teman saya yang bernama Radhiyan dalam salah satu proyek penelitian – latihan skripsi, begitu kami menyebutnya. Mulai dari dijatuhin dosen, seneng-seneng lomba, hingga ngomong remeh temeh percintaan hasemeleh anak muda akhirnya dilakukan juga!

Bagi saya, ia adalah orang yang tahu caranya menggenapkan rasa dan memanusiakan manusia. Ia adalah orang yang berani menghadapi apapun. Ia siap ditempa dengan apapun, demi merasa dan terus menikmati banyak hal yang ditawarkan hidup. Ia adalah orang yang tak segan-segan menghidangkan semangkuk kejujuran -baik itu manis untuk dirasa ataupun getir untuk dikunyah.Ia juga gemar berdansa apapun irama yang mengalun di saat itu

Semoga di tahun-tahun berikutnya K tetap bahagia menjadi K apapun perubahan yang harus dilalui, smeoga terus menjelajah-baik pengetahuan, kebijaksanaan, kegilaan, merasa, dan lain-lain, tetaplah hidup! Oh iya, dan sukses menjadi primadona nya!

 

Selamat dan teruslah meniti rasa di dalam hidupnya, K!

 

To do List 2017

Yay akhirnya mulai menulis lagi! Sebenernya ada tulisan 1 lagi sih tentang 2016 kemarin, cuma masih aja betah bertengger di draf ga kelar-kelar. Sekarang mau nulis to do list di tahun 2017 untuk menghiasi umur gue yang makin beranjak tua ini.

  1. Rajin mengikuti kelas yoga setidaknya 1 minggu sekali (hehe kebetulan dokter dan psikolog saya menyarankan agar manajemen stress saya makin baik ke depannya sehingga meminimalisir kemunculan asam lambung yang selalu reflux hampir tiap hari)
  2. Mau ngerasain keluar negeri (lol semoga ini gak terdengar konyol, tetapi emang mau sih, pengennya keliling asia tenggara atau gak pengen kelilingin toko buku independen di SG dan Malaysia, kebetulan habis diracunin buku antologi nya Fixi dan Math Paper Press)
  3. Setidak-tidaknya mendaki 1 gunung (tetapi gunung nya yang ketinggiannya antara 2.500-3.000 mdpl, masih belum berani diatas itu mengingat Merbabu aja kemarin kepayahan setengah mati)
  4. Setidak-tidaknya membaca 5-10 buku nonfiksi selain buku kuliah
  5. Menyempatkan ambil kursus online atau rajin membaca buku tentang FMCG, digital marketing(mau belajar SEO lagi, fb ads, SEM dkk itu), market research dan big data agar memperlancar kerjaan
  6. Mau menyempatkan diri ke screening film lagi, baik yang eventual macam Europe on Screen ataupun pemutaran reguler di IFI/KINEFORUM/GOETHE. Karena 2015 sejarang itu
  7. Backpacking setidak-tidaknya 2 kota di Indonesia, dan setidak-tidaknya 1 kota disinggahi sendirian
  8. Clean eating, tahun kemarin hari ke 3 mencobanya aja udah ga kuat
  9. Mau menyempatkan waktu kalau ada yang ingin bercerita, entah coffee talk, atau senyamannya orang mau cerita ke gue. Mau lebih responsif kalau ada orang yang butuh untuk bercerita atau bertukar gagasan. Mau belajar banyak sama orang yang disiplin ilmunya beda sama gue.
  10. Benar-benar memanfaatkan monthly and daily planner untuk mengatur jadwal kerja, kuliah, dan kegiatan-kegiatan lain huhu karena 2-3 bulan ini ngerasa banget mulai keteteran ngatur jadwal.

Udah segitu aja dulu, klasik sih bikin ginian, tapi bikin list ini juga berdasar evaluasi yang gue lakukan terhadap diri gue di 2016 kemarin. Yasuda, selamat malam! Selamat bergulat dengan pikiran masing-masing

Selamat Ulang Tahun Ina!

Untuk ia yang berjarak sekitar 600 kilometer dari tempat ku berada saat ini.

Siapa sangka, ternyata seorang teman saya bisa menghubungkan saya dengan Ina, begitu ia dipanggil, dan sekarang kita bisa berteman dekat sekali!

Untuk ia yang sangat membumi, tak sungkan pula ia membagi segala pengetahuannya. Mulai dari ketuhanan hingga kasih sayang nya kepada kucing-kucing yang ia jumpai. Tahu gak, kesenangan dan kebaikan mu itu menular!

Untuk ia yang, bagi saya, sangat memaknai kehidupan nya dengan terus melakukan hal-hal baik di sekitar nya.

Untuk ia yang rela mendengar serapah saya yang kosakata nya jauh dari kata beradab.

Untuk ia yang rela nemenin saya muter-muter Jogja berbekal Google Maps dan printilan gosip

Maafkan ya saya terlambat mengucapkan ini

Selamat bertambah umur, Amrina Rosyada Wijaya. Udah usia legal belum sih? Hahahaha

Selamat bersenang-senang dengan hidup nya. Terus bermimpi, tetap membumi. Hidup selalu menyenangkan kok hahaha

Semoga makin banyak terus pengalaman yang dirasakan ya di 2017, dan semesta terus mengiringi langkah baikmu.

 

Lots of love,

 

Echa-orang paling gak tahu diri, kerjanya ngajak makan terus kalo di Jogja

 

Batas

Entahlah, sekarang ini makin teralienasi dari dunia, atau dari diri sendiri? Beribu entah terus kulontarkan, atau apakah ‘entah’ itu sebuah keengganan untuk….sebut saja mengakui diriku sendiri?

Sekarang sebenarnya sedang memasuki fase-fase senang mempelajari hal baru, tetapi juga sedang mencari bentuk ‘pembelajaran’ yang pas. Ternyata saya tidak sendiri, belakangan ini menemukan teman yang senasib juga dan sedang senang-senangnya berbincang dalam bentuk circle yang berbeda. (Kudos to: Fia-Vinda, Nuri-Kesyad, Igna, Bulian Onwards, Geng Pedes, Anin, Acha, Zaki, Yana, Rifki, Kak Iik), dan topik yang multidisiplin, mulai dari self-confidence, politik, bisnis, start-up, hal-hal teknik, pendidikan kritis, dan masih sebanyak itu. Lagi seneng belajar banyak.

 

Tapi, rasa-rasanya kok saya malah mengasingkan diri dari beberapa teman yang lain? Ya, sebenernya karena salah saya sendiri juga sih, mau nya bercerita sama orang yang paham. Bukan yang lain tidak paham, cuma entahlah, respons nya tidak sesuai yang saya harapkan, kalo mau jujur. Beda orientasi juga sih, tapi namanya hidup, itu juga bukan sebuah kesalahan. Cuma emang lagi fase nya begitu, kayak jadi semakin membuat batas. Jadi tau kalau mau ngomongin x ya sama temen x, kalo mau ngomongin y sama temen y. Jadi tau batas, cuma menurut saya itu hal yang bagus sih, jadi kalau komunikasi seperlunya dan lebih efisien, maksudnya bukan saya ga mau pake hati, tapi jadi tidak terlalu banyak berekspektasi aja. Jujur, kemarin sempet mengasingkan diri karena alasan merasa tidak dipahami oleh teman-teman lama, tapi gimana abis ngerasa aneh juga kalau lagi ngomongin hal-hal eksistensialis begini.

Maksudnya bukan saya gamau dikritik karena ‘bicara’ saya kasar, tapi lebih ke kok ‘orang-orang melihat gue hanya sedangkal itu, they don’t wanna know about me, my thoughts, my ideas’ gitu. Tapi yaudah jadi masukan aja.

 

 

Ya, namanya juga hidup.

Di postingan Instagram saya pernah menulis bahwa saya mencintai proses walaupun saya harus teringsut, terluka, terseeok, jatuh dan sebagainya. Saat ini, saya bagai menghujam diri saya dengan pedang di tangan kanan saya.

Saya membunuh kata-kata saya sendiri.

Saya menyukai kepastian.

Saya tidak suka mereka-reka nasib.

Saya adalah orang yang memiliki kecemasan yang tinggi dan perfeksionis. Harusnya hal itu menjadi hal baik, jika saja saya menyiapkan segala sesuatu dengan terencana dan dari jauh-jauh hari. Kalau saya ada di posisi seperti saat ini, dimana segala sesuatu dilakukan secara mendadak, saya bisa panik sendiri. Belakangan ini, saya menjadi takut dengan kegagalan. Sesering itu saya gagal, sesering itu saya takut. Pikiran saya bilang saya terlalu banyak mengonsumsi kegagalan, tetapi pikiran saya yang lain bilang saya harus belajar. Ya, saya berusaha keras ada di titik untuk selalu belajar. Saya seakan takut dengan hasil akhir. Padahal, saya sebenarnya sangat menyenangi proses belajar. Tetapi, tetap saja takut dengan kegagalan.

Repetisi pada pernyataan mengenai kegagalan saya menunjukkan pikiran saya yang saat ini menjadi racun bagi diri saya sendiri.

Padahal, saya berusaha keluar dari kecemasan saya yang berlebihan. Saya merasa inferior kalau lagi pusing begini.

Saat ini, saya merasa buruk.

Maaf jika saya tidak bisa membungkus pikiran saat ini dengan metafora. Entahlah, saya terlalu kalut. Saya takut jika saya tidak menulis di blog ini, racun jahat di pikiran saya makin mengonsumsi diri saya di malam ini.

Serpong, 22:22

 

 

 

4:07

di sebuah restoran cepat saji yang jaringannya beroperasi di seluruh dunia

bersama 2 orang lainnya

mencoba meluapkan mimpi untuk merasakan seteguk pengalaman

membuat sesuatu yang entahlah, mungkin akan berdampak baik bagi kota yang mereka diami saat ini untuk menuntut ilmu.

tidak tahu nasib akan membawa apa

Tuhan memberi apa

Setidaknya, kita akan belajar banyak dari hal ini

h-5 menuju suatu kegiatan di Bulaksumur

 

Cimanggis, 7 Oktober 2016

 

Rindu Yang Menggelegak

Aku rindu mendaki Gunung.

apalah aku yang masih pendatang baru di dunia ini, sudah sok-sok merindu.

Tapi kerinduan itu merambati benak dan dada hingga sesak kala malam begitu sunyi, kala pagi pelan-pelan akan hadir.

Berulang kali aku menscroll blog-blog teman ku mengenai pendakiannya dan media sosial yang mereka punya

Tunggu, aku mau mendaki karena apa? Karena ego ku yang minta diberi makan kah?

Aku terjebak romantisme akan proses mendaki ternyata,merindu akan merasa harus tabah saat mendaki, harus teringsut karenanya, aku merindu rasa puas akan diri ku sendiri, aku merindu untuk merenungkan eksistensi diri ku, aku merindu tuk melihat edelweis yang menghampar, aku merindu melihat lukisan Tuhan disana.

 

21 Tahun nya Inez

Untuk ia yang kuat, dibalik kelembutannya.

Ternyata, belakangan ini nasib tampak sering membenturkan dirimu, bertubi-tubi lagi. Menghancurkan karang yang dirimu bangun, runtuh dalam sekejap.

Padahal, dirimu amat percaya dengan konsep “kepercayaan” yang selalu dirimu genggam kuat-kuat

Tapi aku percaya, kau adalah orang yang paling bahagia menurut dirimu sendiri. Kau selalu punya cara untuk menertawakan romansa ngehe yang sebenarnya hampir mengempaskan dirimu, Toh, kau tetap percaya. Kau tetap arif dengan segala kengehean ini.

Siapa aku ikut mendefinisikan dirimu?

Mungkin, itu yang aku tahu selama 1 tahun lebih kita berkawan dekat.Kau adalah orang yang paling punya cara untuk menghargai segala ke abstrakan manusia. Kau mungkin manusia yang paling merdeka dengan segala pemikiran mu. Kau selalu menutup hari dengan segenap rasa syukur yang kau punya.

Selamat bertambah umur, Inez! Jangan lupa untuk terus merayakan hidup, dengan segala cara yang Inez tahu

1475491072156
Ki-ka: Vio, aing, Puspa, Inez, Ita

 

 

Aku Ingin Menemukan Tuhan

Tuhan bisa kau temukan dimana-mana

30 menit lalu kutemukan Tuhan dalam umpatan akan kemacetan Jakarta yang tak pernah usai, seperti aku yang selalu tak usai mencukupkan usahaku dalam mengenali aku

Kini, kutemukan Tuhan dalam mata-mata yang terpaku pada simulasi permainan sepakbola, kemudian kala pemain lawan terkena cedera,

ia bersorak

“akhirnya Tuhan ditemukan”

 

img_20160921_185215-01

 

Dua @ Cipete, 18:59